Model
SPICC dan Tahap Perubahan Dalam Konseling Anak
Darmadi_Jamrul
Model SPICC (Sequentially Planned Inegrative Counseling for
Children) merupakan salah satu model yang dalam proses konseling mengginakan
lima pendekatan secara integratif.Model SPICC bersumber dari konsep teoritis
dan strategi praktis yang berasal dari berbagai pendekatan psikoterapeutik yang
sudah mapan. Termasuk disini Konseling Berpusat Klien, Psikoterapi
Psikodinamis, Terapi Gestalt, Terapi Narativ, Terapi Kognitif, dan Terapi
Behavior. Model SPICC menghrgai dan menggunakan terapi yang mendasari perubahan
untuk setiap model terapeutik guna mempertahankan integritas dari proses
konseling.
Pada model SPICC digunakan sejumlah pendekatan terapeutik secara
bertahap dalam urutan tertentu. Masing-masing pendekatan terapeutik mempunyai
perubahannya sendiri secara unik dan khusus.
Penerapan model SPICC pada konseling anak yaitu brgantung pada proses tahap tertentu
selama proses konseling sudah teridentifikasi dengan relevan untuk
mempromosikan perubahan (Prochaska dan DiClemenente, 1983). Oleh karena itu
teori terapeutik mnganjurkan teori tertentu mengenai bagaimana perubahan yang
terjadi, kelihatanya logis untuk menggunakan teori-teori ini pada tahap yang
relevan dalam proses konseling sehingga kebutuhan anakbisa tertangani dengan
baik.Ketika kita menggunakan model SIPCC
ini ketika melakukan konseling terhadap anak, maka ada beberapa tahap atau fase
yang harus kita lalui. Fase-fase itu sendiri memiliki fungsi tersendiri bagi
konselor dalam memudahkan proses kondeling, berikut tahap atau fase di dalam
model SPICC;
Fase 1 Psikoterapi Berpusat Klien
Pada fase pertama yang terjadipada anak yaitu anak bergabung
dengan konselor dan mulai menceritakan kisahnyaoleh karena itu fase ini
merupakan penentu hubungan klien dengan konselor. Sangat baik jika menggunakan
strategi serta intervensi dari pendekatan terapeutik yang teori perubahannya
dipusatkan pada memungkinkan anak berbicara dengan bebas mengenai masalahnya
dan merasa nyaman, aman, dihargai serta dihormati.
Fase 2 Terapi Gestalt
Setelah membuka inormasi pada fase 1 proses perubahan mengaruskan
anak memusatkan diri secara ekperiensial pada pengalamannya, dan mencoba
mengartikulasikan pengalamannya tersebut dalam kata-kata (Watson dan Rannie,
1994). Dalam terapi Gestalt memperkenalkan teori paradoks perubahan. Terapi ini
mengatakan bahwa perubahan trejadi dengan menerima diri secara penuh, bukan
mencoba menjadi berbeda atau mengingkari bagian diri yang tidak menyenangkan.
Fase 3 Terapi Narativ
Pada fase 3 ini, anak perlu mengembangkan sudut pandang atau
pandangan yang berbeda mengenai dirinya sehingga citra diri dan kepercayaan
dirinya meningkat.
Fase 4 Terapi Perilaku Kognitif
Melibatkan anak sehingga anak mampu menceritakan kisahnya dengan
baik, membantu menaikan kesadaran anak sehingga ia bisa menyentuh dan melepas
emosi yang kuat serta membantu anak memperbaiki citra dirinya. Terapi perilaku
emotif rasional dari Ellis (Dryden, 1990,1995) dan terapi realitas Glasser
(Glasser, 2000) adalah pendekatan perilaku kognitif yang paling bermanfaat dan
relevan untuk banyak masalah masa kanak-kanak.
Fase 5 Terapi Perilaku
Terapi ini dapat digunakan untuk membentu si anak mendapatkan
keterampilan yang diperlukan untuk membuang perilaku lama dan melakukan
perilaku yang baru. Mereka perlu mendapatkan dari orang lain/dari diri sendiri,
hadiah atau imbalan lain dalam proses tersebut.










