Jumat, 03 Mei 2019

Model SPICC dan Tahap Perubahan Dalam Konseling Anak


Model SPICC dan Tahap Perubahan Dalam Konseling Anak
Darmadi_Jamrul
Model SPICC (Sequentially Planned Inegrative Counseling for Children) merupakan salah satu model yang dalam proses konseling mengginakan lima pendekatan secara integratif.Model SPICC bersumber dari konsep teoritis dan strategi praktis yang berasal dari berbagai pendekatan psikoterapeutik yang sudah mapan. Termasuk disini Konseling Berpusat Klien, Psikoterapi Psikodinamis, Terapi Gestalt, Terapi Narativ, Terapi Kognitif, dan Terapi Behavior. Model SPICC menghrgai dan menggunakan terapi yang mendasari perubahan untuk setiap model terapeutik guna mempertahankan integritas dari proses konseling.
Pada model SPICC digunakan sejumlah pendekatan terapeutik secara bertahap dalam urutan tertentu. Masing-masing pendekatan terapeutik mempunyai perubahannya sendiri secara unik dan khusus.
Penerapan model SPICC pada konseling anak  yaitu brgantung pada proses tahap tertentu selama proses konseling sudah teridentifikasi dengan relevan untuk mempromosikan perubahan (Prochaska dan DiClemenente, 1983). Oleh karena itu teori terapeutik mnganjurkan teori tertentu mengenai bagaimana perubahan yang terjadi, kelihatanya logis untuk menggunakan teori-teori ini pada tahap yang relevan dalam proses konseling sehingga kebutuhan anakbisa tertangani dengan baik.Ketika kita menggunakan  model SIPCC ini ketika melakukan konseling terhadap anak, maka ada beberapa tahap atau fase yang harus kita lalui. Fase-fase itu sendiri memiliki fungsi tersendiri bagi konselor dalam memudahkan proses kondeling, berikut tahap atau fase di dalam model SPICC;
Fase 1 Psikoterapi Berpusat Klien
Pada fase pertama yang terjadipada anak yaitu anak bergabung dengan konselor dan mulai menceritakan kisahnyaoleh karena itu fase ini merupakan penentu hubungan klien dengan konselor. Sangat baik jika menggunakan strategi serta intervensi dari pendekatan terapeutik yang teori perubahannya dipusatkan pada memungkinkan anak berbicara dengan bebas mengenai masalahnya dan merasa nyaman, aman, dihargai serta dihormati.
Fase 2 Terapi Gestalt
Setelah membuka inormasi pada fase 1 proses perubahan mengaruskan anak memusatkan diri secara ekperiensial pada pengalamannya, dan mencoba mengartikulasikan pengalamannya tersebut dalam kata-kata (Watson dan Rannie, 1994). Dalam terapi Gestalt memperkenalkan teori paradoks perubahan. Terapi ini mengatakan bahwa perubahan trejadi dengan menerima diri secara penuh, bukan mencoba menjadi berbeda atau mengingkari bagian diri yang tidak menyenangkan.
Fase 3 Terapi Narativ
Pada fase 3 ini, anak perlu mengembangkan sudut pandang atau pandangan yang berbeda mengenai dirinya sehingga citra diri dan kepercayaan dirinya meningkat.
Fase 4 Terapi Perilaku Kognitif
Melibatkan anak sehingga anak mampu menceritakan kisahnya dengan baik, membantu menaikan kesadaran anak sehingga ia bisa menyentuh dan melepas emosi yang kuat serta membantu anak memperbaiki citra dirinya. Terapi perilaku emotif rasional dari Ellis (Dryden, 1990,1995) dan terapi realitas Glasser (Glasser, 2000) adalah pendekatan perilaku kognitif yang paling bermanfaat dan relevan untuk banyak masalah masa kanak-kanak.
Fase 5 Terapi Perilaku
Terapi ini dapat digunakan untuk membentu si anak mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk membuang perilaku lama dan melakukan perilaku yang baru. Mereka perlu mendapatkan dari orang lain/dari diri sendiri, hadiah atau imbalan lain dalam proses tersebut.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com